SISI GELAP ESPORT
(Aheda
Danendra D.L)
20201244006
Pada
era digital terutama saat berkembang pesatnya elektronik, eSport hadir dengan
kontroversinya. Orang awam yang tidak mengetahui eSport akan menganggap eSport
adalah sebuah olahraga, dikarenakan adanya kata “sport” dalam “eSport” itu
sendiri. Esport sendiri memiliki stigma negatif khususnya bagi para orang tua.
Dengan bermain game akan menimbulkan kecanduan dan bermalas-malasan. Namun,
bukan dampak negatif lah yang akan di bahas kali ini, yang akan penulis bahas
dalam esai ini adalah sisi gelap dari eSport itu sendiri. Contohnya seperti
perjudian (betting), Cheating (bermain curang), dan Match Fixing (permainan yang sudah di setting
siapa yang menang).
Dimulai
dari Perjudian dalam eSport, perjudian ini marak di gaungkan ketika adanya
event atau turnamen yang sedang berlangsung. Perjudiannya cukup simpel dan
bervariasi, seperti dimana para penjudi menebak tim manakan yang akan memenangi
pertandingan yang akan berlangsung dan ada juga judi yang melibatkan item di
dalam game apabila berhasil menebak angka yang keluar makan penjudi itu menang.
Sudah banyak website yang menawarkan para player untuk mempertaruhkan uangnya
untuk dilipat gandakan, namun apabila kalah, uang tersebut hilang. Sebenarnya
permasalahan ini muncul ketika sistem dalam game dapat bertukar item kepada
player lain (trading) atau menjual
item kepada orang lain. Jika pihak pengembang game tidak menerapkan sistem trade maka perjudian item pun tidak ada.
Mirisnya di dalam perjudian ini terdapat pekerjaan-pekerjaan yang muncul
seperti pedagang item judi dengan harga murah. Persoalan perjudian ini
sebenarnya tidak didukung oleh pihak pembuat game, namun justru para player
merekalah yang memanfaatkan perjudian tersebut menjadi lahan pencaharian.
Kedua,
Cheating atau bermain curang.
Kehadiran eSport tak lepas dari kenakalan playernya itu sendiri. Bermain curang
pada game yang sifatnya kompetitif itu sama saja seperti pemain sepak bola yang
menggunakan doping untuk menaikan kualitas bermainnya. Namun, disini para pro
player tidak menggunakan doping tapi menggunakan software pihak ketiga yang
berfungsi untuk mempermudah mengetahui posisi lawan atau mempermudah permainan
dengan cara yang curang. Contoh kasusnya terdapat pada game Counter Strike :
Global Offensive (CS:GO), terdapat player
dengan nickname “Forsaken” menggunakan cheat
yang diketahui oleh pihak penyelengara lalu player tersebut di sanksi tidak boleh mengikuti turnamen resmi.
Kemudian
terdapat Match Fixing. Kegiatan Match
Fixing tidak lepas dari adanya perjudian atau sogokan dari pihal luar. Match Fixing sendiri merupakan cara agar
memenangkan atau membuat kalah pertandingan tetapi akan mendapaatkan manfaat
bagi tim tersebut. Manfaatnya antara lain berupa uang, fasilitas, atau
penentuan lawan yang lebih mudah pada tahap turnamen yang berikutnya. Contoh Match Fixing terjadi ketika Newbee
gaming (dota 2) yang berasal dari china sengaja “kalah” agar mendapatkan uang
dari pihak luar.
Sebagai
industri yang baru eSport banyak memiliki sisi abu-abu bahkan sisi yang gelap. Terlepas
dari sisi gelap eSport, industri ini memiliki berbagai macam manfaat pula,
seperti adanya lapangan pekerjaan baru, alat melepas stress, dan entertainment.
Komentar
Posting Komentar